Impor Daging Sapi Sangat Tinggi, Andi Akmal Upaya Puluhan Tahun Dukungan APBN Belum Menemukan Solusi Importasi Daging
Jakarta — Menanggapi tingginya importasi daging sapi dan lembu pada bulan Juli 2021 yang mencapai US$ 71,72 juta atau setara Rp 1,076 Triliun dengan asumsi (kurs 15 ribu rupiah), Anggota DPR RI Komisi IV, Andi Akmal Pasluddin mengkritisi dukungan APBN untuk mengurangi importasi belum terlihat hasilnya.
Politisi PKS ini menjabarkan, di DPR komisi IV, mitra kerja kementerian Pertanian telah didukung dengan berbagai program yang berhubungan dengan peningkatan produksi sapi. Berbagai program ini di antaranya, Penyelamatan Sapi Betina Produktif, Program UPPO (Unit Pengolah Pupuk Organik), Program Sensus SAPI, UPSUS SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting), Program Peningkatan Produksi Susu Nasional, dan berbagai program lain yang spesifik untuk menahan laju importasi daging sapi.
“Pada bulan Juli ini kan kita merayakan Iedul Adha. Banyak peternak yang mengeluh ternaknya tidak terjual maksimal di momen yang paling dinantikan dalam setahun akibat adanya pembatasan-pembatasan akibat Pandemi. Tapi agak aneh importasi bulan Juli 2021 malah tinggi sekali. Bahkan bila dibandingkan bulan sebelumnya meningkat 10,5%”, keluh Akmal.
Legislator asal Sulawesi Selatan II ini meminta Kementerian Pertanian (Kementan) agar target peningkatan kesejahteraan petani melalui tiga program strategis dapat betul-betul terealisasi. Penyediaan layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR), program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) dan pembentukan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostra Tani) jangan sekedar nama indah yang berarti harus mengakar di masyarakat, riil ada terasa di lapangan sampai ke desa-desa sentra tani di seluruh Indonesia.
Menanggapi Kementerian BUMN yang akan memperkuat kapasitas produksi daging nasional melelaui PT Berdikari (persero), Akmal mengatakan jangan sekedar lips service saja. menurutnya, Dari sejak 20 tahun lalu, dukungan komisi IV DPR RI selalu mendukung pada perbaikan sistem yang mendukung ekosistem produksi daging nasional, tapi hingga kini tiap bulan selalu ada importasi daging.
“Kita ini punya sentra-sentra sapi yang tersebar di seluruh Indonesia. Kolaborasi Sapi Sawit, Sapi Tebu dan lain-lain sudah dilakukan. Pada kenyataannya, selalu alasan sebaran logistik menjadi salah satu alasan untuk Impor. Biaya transfer sapi dari luar jawa ke pulau jawa lebih mahal dari biaya mendatangkan daging sapi dari luar negeri. Ingat, Indonesia ini sudah banyak defisit akibat pandemi. Janganlah importasi ini terus dibiasakan bila sumber daya nasional masih dapat dioptimalkan”, keluh Akmal.
Akmal menyampaikan, saat ini negara Indonesia mengalami defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sepanjang 2020 sebesar Rp 956,3 triliun.
Saya masih berharap ada kolaborasi Kementerian Pertanian dan BUMN untuk mewujudkan produksi daging sapi nasional untuk menekan importasi. Kita lihat tahun depan, pemerintah ini prestatif atau hanya lips service untuk persoalan importasi daging sapi ini.
Dr. Andi Akmal Pasluddin, SP, MM.
Anggota DPR RI Komisi IV FPKS
www.andiakmalpasluddin.id
Dapil Sulawesi Selatan II
HP: 0811 464 700