Kalung ‘AntiVirus’ Dipertanyakan Anggota DPR
JAKARTA — Anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasluddin mempertanyakan kinerja Kementerian Pertanian yang mencoba keluar fokus dari tujuan utama membangun ketahanan pangan melalui produksi pertanian yang mencukupi kebutuhan seluruh rakyat Indonesia tanpa impor.
“Dari Komisi IV sendiri meminta Kementan tetap fokus bagaimana produksi pertanian. Kalaupun itu dari litbang hubungannya dengan Eucalyptus saya kira nggak ada masalah, tapi sebaiknya di internal dulu gitu loh. Kalau mau diproduksi besar-besaran kan itu tentu menimbulkan pertanyaan dari semua pihak, dari semua sisi bisa dipertanyakan itu,” kata anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PKS Andi Akmal Pasluddin, Senin (6/7/2020).
Kritik yang dilontarkan Legislator asal Sulawesi Selatan II ini memang memiliki alasan kuat lantaran selama ini polemik masalah pangan mulai dari pangan pokok seperti beras, gula, garam, hingga produk hortikultura seperti bawang, sayur, buah selalu berpolemik. Polemik mulai izin impor hingga persoalan perdebatan data di lapangan. Intinya kemampuan produksi pangan belum mapan. Tetapi memunculkan sesuatu yang barangkali menyinggung beberapa pihak terutama persoalan kode etik.
Akmal mengatakan penelitian kalung antivirus Corona milik Kementan itu belum teruji bisa menjadi penangkal virus Corona. Tak hanya itu, anggaran untuk rencana produksi massal kalung tersebut dinilainya juga akan dipertanyakan berbagai pihak.
Untuk itu, politisi dari Fraksi PKS ini meminta Kementerian Pertanian untuk fokus bagaimana produksi pertanian tetap melimpah saat pandemi. Karena ini adalah tugas utama kementerian teknis ini untuk menangkal segala alibi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Koordinator yang selalu memunculkan opsi impor pangan akibat produksi dalam negari kurang.
“Publik perlu harus tahu dan Komisi IV tahu apakah sudah melalui kajian yang dalam apakah sudah dipraktikkan juga ke orang-orang yang kena Corona, dengan adanya kalung itu tidak kena. Itu kan harus ada penjelasan ya,” katanya.
Akmal menjelaskan, bahwa produk kalung itu bukan kalung yang menjadi inti fungsi melawan corona. Tetapi pada aroma terapi yang dipasang atau ditempelkan di kalung sehingga berfungsi mirip dengan inhealer. Tetapi persepsi kalung ini oleh publik bisa saja dikira jimat atau hal-hal ghaib yang mampu melawan corona. Apalagi masyarakat kita sangat gemar klenik secara mayoritasnya.
Anggota DPR ini melanjutkan, jadi kalung ini tidak dapat dikatakan Oobat. Tapi hanya aroma terapi yang berfungsi sebagai jamu. Karena kalau obat, harus melalui uji klinis kepada manusia dan mengalami ratusan keberhasilan.
“Saya lebih menyarankan agar Kementan berfokus pada kerjaan utamanya yang mampu memproduksi pangan sehingga impor tidak terjadi. Kalau ini silahkan dipublikasi besar-besaran. Jangan mencoba jadi pahlawan di tempat yang salah meskipun ini waktu yang cocok muncul pahlawan di masa pandemi covid-19”, tutup Andi Akmal Pasluddin.
Dr. Andi Akmal Pasluddin, SP, MM.
Anggota DPR RI Komisi IV FPKS
www.andiakmalpasluddin.id
Dapil Sulawesi Selatan II
HP: 0811 464 700